Jumat, 21 Agustus 2009

PRAHARA PANGAN LOKAL SIKKA


Maumere_ Minat masyarakat terhadap pangan lokal rupanya kian hari makin meredup, masyarakat kini lebih mencintai masakan siap saji. Padahal pangan lokal memiliki nilai gizi lebih dan sangat bermanfaat bagi tubuh, apalagi yang diolah dengan cara tradisional.

Dari pada beli produk indutri keluaran pabrik yang belum tentu terjamin kesehatannya, mungkin saja mengandung banyak zat kimia. Lihat saja banyaknya komposisi pangan siap saji yang ada di label kemasan produk, nama kimianya saja kita tidak tahu apalagi dampaknya bagi organ tubuh kita.

Itulah sebabnya, Bupati Sikka Drs. Sosimus Mitang dan Wakil Bupati Sikka Dr. Wera Damianus,M.M. secara terus menerus mengajak masyarakat Sikka supaya menggemari pangan lokal. Kita sebenarnya kaya dengan pangan lokal, aneka jenis umbi sampai kacang – kacangan yang kalau kita budidayakan dan manfaatkan secara terus menerus kita, Sikka, tidak akan mengalami krisis pangan.

Sosimus Mitang dalam pidato kenegaraan, sehari sebelum peringatan HUT Proklamasi ke 64 Tahun 2009, tepatnya Minggu (16/08/2009) lalu kembali mengajak masyarakat supaya terus menerus memanfaatkan produk – produk lokal baik makanan maupun kerajinan tangan.

“ saya juga menegaskan kepada seluruh masyarakat Sikka terutaman yang masuk dalam kategori rumah tangga msikin (RTM), agar memanfaatkan potensi yang dimiliki” jelas Mitang.

Dengan memanfaatkan secara maksimal potensi yang ada, diyakini akan meningkatkan kesejaterahan dan tidak melakukan perjudian, mabuk minuman keras, serta tidak menyelenggarakan pesta lebih dari dua kali dalam setahun.

KK RTM yang kedapatan melakukan tiga hal diatas akan dikenakan sanksi ; tidak terdaftar sebagai KK dari RTM bahkan apabila sudah terdaftar statusnya sebagai RTM akan dihapus.

Menindak lanjuti hal ini, Tim Penggerak PKK Kabupaten Sikka yang dimotori Ny. Fimina Sedo Mitang dan Ny. Reineldys Padji Wera, gencar melakukan sosialisasi dan memberikan pelatihan perihal pengolahan pangan lokal.

Secara gencar pelatihan mengolah pangan lokal menjadi produk lokal yang menarik dan bergizi terus dilakukan PKK Sikka. Sedangkan Dinas Pertanian Kab. Sikka tanpa henti terus melakukan sosialisasi melalui Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) perihal pembudidayaan pangan lokal di halaman maupun kebun.

Sekarang sanggupkah generasi muda Sikka memilih untuk menggunakan produk lokal ? sebuah pertanyaan yang harus dijawab dengan bisa. Sebab jika tidak generasi Nian Tanah hanya akan menjadi penonton di negeri orang, ketika produk lokal yang dulunya menjadi kekayaan orang Sikka akhirnya diolah orang – orang yang mendatangi Sikka.

Lihat saja ketika pisang goreng diperdagangkan dipasar oleh saudara – saudara kita dari Jawa, begitu diminati oleh generasi muda kita. Padahal kita sendiri masih bisa mengolahnya. Lucunya pisang yang dijual satu buah seharga hanya Rp. 250.- dibagi dua dan dijual masing – masingnya seharga Rp.500.- . tapi minat masyarakat terhadap sepotong dan mungin saja seperempat pisang yang sudah di goreng tetap tinggi. ( john oriwis )

Tidak ada komentar: