Jumat, 23 Oktober 2009

RUAS JALAN KE NUABARI MEMPRIHATINKAN


Maumere_ Ruas jalan menuju Dusun Nua Bari yang ada di Desa Lanandereta Kecamatan Paga, kondisinya sangat memrihatinkan. Sehingga jumlah para wisatawan yang hendak melihat langsung peninggalam jaman megalitikum berupa Kubur Batu menurun drastis.



Seperti yang dialami Spirit NTT, Kamis (15/10/2009) lalu, jalan aspal yang ada sudah rusak berat. Tampak bagian tengah jalan sudah lubang dan pecah akibat erosi. Ditambah lagi, kondisi geografis menuju Nuabari yang berada diatas ketinggian kira – kira 5 KM diatas permukaan laut ini, membutuhkan nyali lebih dari para pengunjung.

Menurut penjaga / pemelihara kubur batu Nuabari, Yoseph Eman, sejak beberapa tahun terakhir jumlah wisatawan yang datang melihat Kubur Batu menurun dari biasanya. Saat ini dalam sebulan paling tidak hanya satu orang yang datang melihat dan menyaksikan kubur yang ada.

Jarak Nuabari dari Maumere, Ibu Kota Kabupaten Sikka kira – kira 58 km. untuk bisa sampai di Nuabari, ditepi ruas jalan negara Ende – Maumere tepatnya di Desa Wolowiro, terpampang sebuah papan bertulis Menuju Nuabari.

Nuabari terletak diatas sebuah batu cadas besar, diatasnya dibangun rumah dan kubur batu tersusun ditengah kampung, sementara sebagiannya berada di halaman rumah adat maupun rumah tinggal. Suasana Nuabari memang tentram, keramahan dan senyum warga desa sepertinya menjadikan para pengunjung menjadi lebih nyaman.

Tak hanya Nuabari, peninggalan jaman batu besar (megalitikum) ini pun terdapat di wilayah Kecamatan Tanawawo. Tepatnya di Dusun Sokowaga Desa Detu Binga. Sama seperti menuju Nuabari, ruas jalan menuju Sokowaga ini pun sangat memrihatinkan.

Menurut cerita dari seorang Laki Tana dari Detu Binga, Yeremias Malu, proses pembuatan kubur batu ini membutuhkan waktu yang sangat lama dan memakan biaya yang tidak sedikit. Awalnya batu yang hendak dijadikan kubur dicari ditengah hutan dan supaya bisa meringankan beban dan mempermudah kerja para tukang supaya menghasilkan kubur yang baik tentunya dibutuhkan hewan kurban.

“ biasanya yang dikubur dalam kubur batu adalah para mosa laki, laki tana atau orang yang menduduki jabatan penting dalam pemerintahan adat “ jelas Malu.

Kubur batu ini ada dua model, satu berbentuk lebih besar dan merupakan tempat untuk menguburkan orang dalam keadaan utuh. Sementara jenis lainnya lebih kecil, dan hanya menjadi tempat dikuburkannya tulang – tulang leluhur.

Biasanya kubur batu terdiri dari dua bagian, yakni bagian bawah merupakan tempat menyimpan jenasah atau tulang, sementara bagian atas merupakan penutup yang berasal dari batu ceper yang dibentuk lebih besar beberapa inchi dari bagian bawahnya.

Pada bagian bawah dicari batu besar dan dipahat membentuk kubus menyerupai kotak. Yang meninggal biasanya dimakamkan dalam kubur batu dalam posisi duduk. Selanjutnya untuk merekatkan dua bagian ini digunakan campuran abu dapur dan air. Nuabari dan Sokowaga tentunya berharap agar lokasi kubur batu ini terus dipromosikan sembari terus melakukan perbaikan dan pembenahan fasilitas ke sana. (johnoriwis/humassikka)

Tidak ada komentar: