Sabtu, 27 Februari 2010

GEMPA 7.5 SCHALARICHTERS GUNCANG SIKKA

Maumere_ Gempa Tektonik berkekuatan 7.5 schalarichter, Sabtu (21/11/2009) sekitar pukul 09.15 WITA mengguncang Desa Nangahale, Kecamatan Talibura Kabupaten Sikka. Akibat gempa yang juga menimbulkan gelombang Tsunami ini mengakibatkan 12 warga Desa Nangahale, mengalami patah tulang dan luka berat. Korban patah tulang dan luka berat ini pada umumnya dialami para pelajar sekolah dasar yang ada di Nangahale ini, akibat tertimpah runtuhan bangunan dan terinjak saat berupaya menyelamatkan diri. Menurut Staf Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jakarta, Daryono,M.Si saat dikonfirmasi menjelaskan bahwa pusat gempa berada di Laut Flores sebelah Utara Kepulauan Teluk Maumere Flores NTT, dikedalaman 20 kilometer. Gempa dan Tsunami ini terjadi akibat pergeseran salah satu lempeng bumi yang ada di Pulau Flores.
“ Sikka dan daratan Pulau Flores masih berpotensi Gempa dan Tsunami, karena Flores berada di antara dua lempengan yakni Lempeng Indo-Australia di Selatan Flores dan Lempengan Euroasia sebelah utara Pulau Flores. Pergeseran dua lempengan ini sangat berpotensi menimbulkan gempa dan tsunami dengan kategori VIII MMI yang artinya berpotensi gempa berkekuatan besar dan menimbulkan tsunami dengan model gelombang yang dapat menimbulkan kerusakan yang sangat parah ” jelas Daryono. Ketika ditanya jumlah korban yang meninggal dan hilang akibat gempa dan tsunami di Nangahae, Daryono yang juga Staf Peneliti pada Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) Univeritas Gajah Mada Yogyakarta ini, mengakui tidak ada korban meninggal maupun hilang karena gempa berkekuatan 7.5 schalarichter dan Tsunami ini hanya merupakan bagian dari rangkaian simulasi penanggulangan dan pengurangan resiko akibat bencana alam gempa bumi dan tsunami. Simulasi ini melibatkan unsur Pemerintah Kabupaten, Kecamatan aparat Desa Nangahale, Unsur Masyarakat, Organisasi Pemuda dan Para Pelajar di Kecamatan Talibura. Pengurus Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) Univeritas Gajah Mada Yogyakarta, Ir. Lie Rahayu WF,M.P. dalam penjelasannya menghimbau pemerintah dan masyarakat yang ada di Kabupaten Sikka dan Daratan Flores supaya giat melakukan sosialisasi, simulasi dan persiapan lain dalam menangani dan mengurangi resiko kerusakan dan korban meninggal akibat gempa dan tsunami. karena Pulau Flores dan Kepulauan lain di NTT berada di antara dua lempengan bumi yakni Lempeng Indo-Australia di Selatan Flores dan Lempengan Euroasia sebelah utara Pulau Flores yang sangat berpotensi gempa dan tsunami apabila terjadi pergeseran atau patahan pada salah satu lempengan tersebut. “ Sosialisasi dan simulasi penting dilakukan mengingat Kabupaten Sikka dan Wilayah Kepulauan di NTT kedepannya masih berpotensi mengalami gempa dan tsunami. Sehingga perlu dilakukan sosialisasi dan simulasi penanganan bencana alam gempa dan tsunami secara gencar diselenggarakan pemerintah melalui dinas instansi terkait. Bila perlu diselenggarakan perlombaan simulasi dalam kaitannya dengan bencana alam gempa dan tsunami “ jelas Rahayu. Simulasi ini merupakan hasil kerjasama Departemen Sosial Republik Indonesia dan Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) Univeritas Gajah Mada Yogyakarta serta Pemerintah Kabupaten Sikka melalui Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten Sikka. Menurut Michael Mane, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan pada Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten Sikka, sebelum digelarnya simulasi penanganan korban gempa dan tsunami, penyelenggara terlebih dahulu melakukan sosialisasi penanggulangan dan pemutaran film documenter terkait bencana alam gempa dan tsunami, di Aula Kantor Desa Nangahale Kecamatan Talibura Kabupaten Sikka, Kamis (19/11/2009). Acara Pembukaan Sosialisasi ini dibuka Bupati Sikka Drs. Sosimus Mitang yang diwakili Asisten I Bidang Tata Praja, Melky Gedho,S.H. dalam sambutannya Gedho menjelaskan bahwa bencana tidak dapat dicegah namun hanya dapat dikurangi resiko kerusakan dan korban meninggal. “ saya berharap agar melalui simulasi ini, wawasan dan pengetahuan masyarakat akan bahaya dan tindakan pengurangan resiko kerusakan kematian dapat bertambah, sehingga masyarakat menjadi lebih siap menghadapi dan mengatasi bencana alam gempa dan tsunami “ kata Gedho. (john oriwis)

Tidak ada komentar: