Rabu, 28 Oktober 2009

TANAH UNTUK KEADILAN DAN KESEJATERAHAN RAKYAT

Demikian amanat tertulis Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN RI), Joyo Winoto Ph.D. ini disampaikan Bupati Sikka Drs. Sosimus Mitang saat tampil sebagai Pembina pada Apel Peringatan Hari Agraria Nasional ke 49 Tahun 2009 di Halaman Kantor Camat Waigete, Selasa (27/10/2009).
Reforma agrarian sebaliknya dijalankan diseluruh negeri. Dilaksanakan secara bertahap, diujicobakan diberbagai daerah. Konsep dan praksisnya diperbaiki secara terus menerus.
“ sehingga reforma agrarian perlu persiapan yang matang, terutama insan keagrariannya perlu dipersiapkan lebih baik. Terutama pengetahuan tentang reforma agraria supaya terus didalami dan dikembangkan “ jelas Winoto sebagaimana disampaikan Mitang.
Kita semua harus siap dengan reforma agrarian, terutama BPN supaya terus melakukan sosialisasi, tukar gagasan dan koordinasi adalah mekanisme yang harus dilakukan, baik di pusat maupun di daerah.
Dengan demikian masyarakat dituntut untuk bisa memahami reforma agrarian. Yang mana masyarakat yang memenuhi kriteria yang menjadi penerima manfaat. Sedangkan masyarakat yang belum memenuhi kriteria harus memaklumi ini dan memahami kondisinya.
“walau demikian rakyat bersama pemerintah harus tetap memiliki mekanisme kontrol atas pelaksanaan reforma agrarian yang sistemik, serentak dan damai. “ jelas Winoto.
Kantor pertanahan disamping menjalankan tugas kantor pertanahan juga diharapkan untuk bisa menyiapkan masyarakat secara baik supaya dapat menerima reforma agrarian secara baik.
Usai melaksanakan apel HUT Agraria 2009 yang dikomandani Kapolsek Waigete AIPDA (Ajun Polisi Dua) M.R. Suksin dilakukan penyerahan Sertifikat Tanah kepada perwakilan penerima sertifikat.
Sertifikat hak atas tanah ini dibagi dalam lima kegiatan. Pertama kegiatan Redistribusi Tanah Obyek Landreform (Redis Tol) yang dilaksanakan di tiga desa pada dua wilayah kecamatan dan menghasilkan 1.500 buah sertifikat. Untuk Kecamatan Waigete yakni Desa Nangatobong (500 buah) dan Desa Wairterang (500 buah) serta untuk Kecamatan Talibura di Desa Nebe sebanyak 500 buah.
Kegiatan kedua adalah Proyek Operasi Nasional Agraria (Prona). Kegiatan ini dilakukan di lima desa pada tiga kecamatan dan menghasilkan seribu buah sertifikat. Desa Nita Kec. Nita (300 buah), Desa Tilang Kec. Nita (200 buah), Desa Koting D Kec. Koting (100 buah), Desa Baomekot Kec. Hewokloang (100 buah) dan Desa Rubit Kec. Hewokloang (300 buah).
Kegiatan Sertifikasi Tanah Usaha Mikro dan Kecil (Sertifikasi Tanah UMK) ini merupakan kerjasama BPN dengan Pemerintah Kabupaten Sikka melalui Dinas Koperasi dan UMKMK yang terlaksana di 12 kelurahan dan 32 desa yang tersebar dalam 13 wilayah kecamatan dan menghasilkan 400 buah sertifikat.
Selanjutnya adalah Sertifikasi Tanah Komunitas Adat Terpencil /KAT, yang merupakan hasil kerja sama dengan Dinas Sosial Kabupaten Sikka untuk Desa Hikong Kec. Talibura sebanyak 51 buah.
Sedangkan kegiatan terakhir adalah Sertifikasi Tanah Instansi Pemerintah Kabupaten Sikka sebanyak 42 buah sertifikat.
Penyerahan sertifikat tanah kepada para perwakilan ini dilakukan Bupati Sikka Drs. Sosimus Mitang didampingi Wakil Bupati Sikka dr. Wera Damianus,M.M. dan Pejabat yang mewakili Kepala Kantor Wilayah BPN Prop. NTT, yakni Kepala Tata Usaha BPN Prop. NTT Drs. H. Ahmad Daeng.
Sebelumnya Pejabat yang mewakili Kepala Kantor Wilayah BPN Prop. NTT, yakni Kepala Tata Usaha BPN Prop. NTT Drs. H. Ahmad Daeng. menyerahkan plakat Kenang – Kenangan dari Kepala Kantor Wilayah BPN Prop. NTT kepada Bupati Sikka Drs. Sosimus Mitang, karena telah mendukung segala kegiatan BPN di Kabupaten Sikka.
Yoseph Jempin, perwakilan penerima sertifikat asal Desa Koting D Kecamatan Koting , saat dikonfirmasi mengaku senang dan menyampaikan terima kasih kepada BPN dan Pemerintah Kabupaten Sikka, yang telah mempermudah masyarakat dalam pembuatan sertifikat tanah.
Hadir pada kesempatan tersebut para Camat se Kabbupaten Sikka, Kepala Dinas Badan Kantor Bagian, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan perwakilan masyarakat dari 21 kecamatan yang ada di Kabupaten Sikka. (johnoriwis)

DKP GELAR SOSIALISASI PENYADARAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT


Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sikka, Sabtu (24/10/2009) kemarin menggelar Sosialisasi Penyadaran Budidaya Rumput Laut bagi petani rumput laut yang ada di Desa Koja Gete, Desa Koja Doi dan Desa Permaan di Gudang Rumput Laut Koja Doi.
            Sosialisasi yang dilakukan sehari ini bertujuan untuk membangkitkan kembali niat para petani yang ada di Wilayah Teluk Maumere supaya terus mengembangkan dan melakukan budidaya rumput di daerah tersebut.
Sebab selama dua tahun belakangan, para petani rumput laut yang ada di Kepulauan Teluk Maumere tidak lagi melakukan aktivitas bertani rumput laut akibat gagal panen.
            Menurut Kepala Bidang Perikanan Budidaya Pesisir dan Pulau – pulau Kecil pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Sikka, Malik Bakhtiar, S.Pi. gagal panen yang dialami oleh para petani rumput merupakan dampak dari perubahan iklim secara global dan ulah dari para petani rumput laut itu sendiri.
            “ gagal panen rumput laut merupakan bencana. Dan bencana harus dilihat sebagai rahmat dari Allah, yang harus kita maknai secara baik. Untuk itu, masyarakat perlu membangun kesadarannya untuk membudidayakan rumput laut kembali “ harap Bakhtiar.
            Dengan membudidaya rumput laut, kondisi perekonomian dalam rumah dapat terbantu. Tinggal bagaimana para petani melakukan kontrol dan memanajemen keuangan yang ada sebagai hasil dari penjualan rumput laut secara baik.
            Dikatakan Bakhtiar, hasil penjualan rumput laut supaya dapat dimanfaatkan untuk keperluan dalam rumah, sedang sebagian diupayakan untuk disimpan sebagai modal usaha. Sehingga kegiatan petani rumput laut dalam mengolah dan membudidaya rumput laut terus berkelanjutan.
            Selain itu, masyarakat diharapkan untuk tidak menggunakan bahan kimia seperti pupuk secara berlebihan dan diluar aturan penggunaan yang ada, serta masyarakat dihimbau untuk menghindari penggunaan bom dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan.  Agar laut tidak tercemar dan menyebabkan rumput laut terserang berbagai penyakit, sehingga petani mengalami gagal panen.
            Sementara itu Kepala Seksi Sarana Perikanan Tangkap pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Sikka, Yosep Klau Berek saat sosialisasi menjelaskan Daerah Kepulauan yang ada di Teluk Maumere merupakan wilayah yang terkenal dengan rumput bahkan menjadi contoh bagi daerah lain di seluruh pelosok Indonesia dalam hal pengelolahan dan budidaya rumput laut.
            Untuk itu masyarakat perlu membangun kembali kesadaran dan niat untuk mengembangkan kembali rumput laut, karena hanya dengan kesadaran dan niat upaya untuk meraih kembali masa kejayaan dapat tercapai.
            “ kita harusnya malu, karena secara nasional petani rumput laut yang ada di Koja Doi dan pulau sekitarnya menjadi pusat contoh dan pembelajaran bagi petani rumput laut yang ada di Sumatera, Jawa, Kalimatan dan Bali serta daerah lainnya di Indonesia sementara saat ini budidaya rumput laut di Koja Doi sudah tidak berlangsung” jelas Berek.
            Hadir pada kegiatan sosialisasi tersebut, masyarakat petani rumput laut, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan Kepala Desa dari Desa Koja Gete, Desa Koja Doi dan Desa Permaan. Sementara dari dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sikka Ibu Merry Simbolon, Flomeska Juang, Jhoni Lodo, Yohanis Xaverius dan Wenses Maring. (johnoriwis/humassikka)


Jumat, 23 Oktober 2009

SOSIMUS : Jalin Kerukunan Antara Umat beragama

Maumere, SPIRIT_ Jalin kerukunan antar umat beragama demi membentengi semua persoalan yang masuk dari luar demi terciptanya situasi yang aman dan harmonis menuju Sikka yang bermartabat. Demikianlah harapan Bupati Sikka Drs. Sosimus Mitang ketika membuka secara resmi kegiatan Sosialisasi Peraturan Bersama Menteri Agama dan menteri Dalam Negeri Nomor 9 / 8 tahun 2006 bagi Tokoh Agama, Tokoh Generasi Muda dan Penyuluh Agama tingkat Kabupaten Sikka.




Sosialisasi peraturan Menteri tersebut dilaksanakan di Aula Paroki Watu Bala, Kamis (22/10/2009) dan didikuti oleh Tokoh agama, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Pemuda dari 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Waigete, Talibura dan Waiblama.



Kegiatan yang difasilitasi oleh Badan Kesbangpol dan Limas Kabupaten Sikka ini, dihadiri oleh Para Pemuka Agama dari masing-masing Agama, Camat Waigete Agustinus Akar S.Sos, Camat Talibura Vinsensius Hulir, Perwakiln dari Kecamatan Waiblama, Kepala Bagian Kesra Servasius Kabu, Asisten 1 Melkior Gedo SH dan para peserta



Bupati Sikka dalam Sambutannya sebelum membuka secara resmi kegiatan sosialisasi tersebut mengharapkan agar Iman yang dimiliki oleh setiap individu harus benar-benar penuh dan utuh dari dalam diri sehingga dapat menghalau berbagai kemungkinan yang datang atau yang masuk dari luar.



Dikatakannya perwujudan iman dalam kehidupan nyata sehari-hari adalah saling menghormati antara umat beragama

” sesuai dengan peraturan bersama menteri agama dan menteri dalam negeri bahawa semua individu wajib memelihara kerukunan antara umat beragama”

Disamping itu dalam Peraturan menteri tersebut juga termuat aturan tatacara pendirian rumah ibadat sehingga tidak terjadi silang sengketa antar pemeluk agama.



Sosimus juga menegaskan kepada seluruh PNS untuk selalu mengikuti pembinaan rohani pada hari jumad minggu pertama dalam bulan.serta kepada seluruh masyarakat Sikka agar selalu sambung rasa dalam merukunkan semua agama di Nian Sikka ini



Diakhir arahan Bupati Sikka menghimbau jika kita ingin bangsa Indonesia tetap bersatu padu, berdiri kokoh ditengah bangsa lain, cegah faktor-faktor yang dapat menghambat dan memecahkan persatuan dan kesatuan bangsa untuk itu mari kita bangun Komitmen untuk selalu bersama berjuang merobah tatanan hidup yang bermartabat menuju terciptanya masyarakat Sikka bahagia dan sejahtera. (jonathan/humassikka)

DILUNCURKAN, BUKU SEJARAH WISUNG FATIMA LELA


Maumere,_ selama ini orang banyak bertanya tentang Wisung Fatima Lela, terutama sejarah kehadirannya. Akhirnya diselah acara Perayaan Ekaristi pada Ziarah di Wisung Fatima Lela, buku sejarah berjudul “Maria Fatima.Dari Cova da Iria Sampai Lela”, pun diluncurkan.


Penulis buku ini, Rm. Richard Muga Buku, Pr. sesaat sebelum meluncurkan buku ini berkisah kehadiran buku ini untuk memenuhi dan menjawab daftar tanya perhal Wisung Fatima Lela.

Buku ini berisikan sejarah kisah penampakan Bunda Maria di Cova da Iria, Fatima, Portugal kepada Lusia, Franssesco, dan Yasinta dengan pesan-pesan yang disampaikan Bunda Maria dalam rangkaian penampakan dimaksud. Kisah perjalanan Arca Maria dari Fatima yang mengunjungi Flores pada Agustus tahun 1951. buku ini juga mengulas sejarah berdirinya Wisung Fatima Lela yang diprakarsai Pastor Paroki Lela kala itu, P. H. Bolscher SVD, P. Van Es SVD dan Kapitan Lela saat itu, M. Kristianus da Silva.

Peluncuran buku ditandai dengan pemberian beberapa buku oleh penulis kepada Uskup Maumere Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira, SVD, Ketua DPRD Sikka Rafael Raga, Sekda Kabupaten Sikka Sabinus Nabu, dan Pastor Paroki Lela, Romo Laurens Noi, Pr.

Dalam buku tersebut, Uskup Maumere Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira, SVD juga memberikan kata pengantar. Antara lain Uskup mengajak umat untuk tidak saja hidup dari liturgy tetapi juga yang meneguhkan iman mereka melalui berbagai bentuk devosi (berdoa menyerahkan diri), terutama devosi kepada St. Perawan Maria.

Untuk diketahui peluncuran buku ini bertepatan dengan 60 tahun usia Wisung Fatima Lela. Wisung Fatima Lela memiliki lokasi sekitar 3 hektar lebih. Di dalam lokasi ini ditata/dibangun empat rumah kecil untuk pentahtaan Sakramen dan Arca Bunda Maria.

Di atas lokasi ini dibangun pula stasi/perhentian untuk mengenang misteri wafat Kristus. Ada Salib besar yang dipasang di bukit/golgota yang dapat dilihat oleh siapa saja bila hendak memasuki Wisung Fatima Lela.

Keberadaan Wisung Fatima Lela semakin indah dan menawan karena di sekitar tangga menuju rumah pentahtaan Bunda Maria ditanam/hidup pelbagai bunga. Demikian juga di areal Wisung Fatima Lela bertumbuh dan hidup aneka pohon penghias dan peneduh yang melindungi peziarah dari terikan matahari. (johnoriwis/humassikka)

PORDAFTA DAN BERITA DI BALIK BERITA



Untuk tulisan ini, yang dimaksudkan dengan Florata adalah akronim untuk Flores dan Lembata sebagai sebuah identifikasi untuk salah satu wilayah kepulauan di NTT yang sedang bergulat untuk maju dalam berbagai bidang pembangunan. Dalam wilayah Florata terdapat sembilan kabupaten dan kini semakin dikenal dengan julukan Negeri Sembilan, nama yang pernah kesohor pada zaman pemerintahan raja-raja dahulu.



Pada tanggal 26 September 2009 yang lalu, Gubernur NTT Drs. Frans Lebu Raya telah berkenan membuka Pekan Olahraga empat tahunan, Pordafta ke-3 tahun 2009 ini. Pesta Olahraga tersebut kemudian ditutup oleh Bupati Sikka Drs. Sosimus Mitang pada tanggal 2 Oktober 2009 dalam suatu pawai kemenangan atlit yang membanggakan. Pawai ini tidak hanya menjadi kenangan yang dibanggakan para atlit peraih medali saja. Secara generatif, pawai kemenangan itu juga menjadi kebanggaan warga Florata karena memiliki satu generasi baru yang mulai melihat begitu pentingnya kompetisi untuk prestasi tanpa meninggalkan dendam kesumat diantara sesama atlit. Kalau tokh ada perasaan semacam itu, bagi setiap insan olahraga akan ditata secara positif dan professional berkerangka peningkatan prestasi untuk menghadapi ajang pertarungan berikutnya.

Pelaksanaan Pekan Olahraga ini tentu menguras banyak biaya yang mesti ditanggung oleh kesembilan Pemerintah Daerah untuk para atlit dan kontingen. Bentuk dukungan lain dari setiap pemerintah kabupaten, masyarakat dan keluarga juga tidak sedikit demi menghantar setiap atlit ke arena Pordafta dalam kesiapan yang paripurna. Penggemblengan para atlit oleh pelatih dan tim official melalui latihan-latihan yang intensif, kerelaan orang tua untuk melepas putra-putri mereka ke arena tersebut dengan berbagai konsekuensi. Bahkan rela menghadapi kemungkinan terburuk seperti kalah, terluka atau cedera.

Tidak dapat disangkal bahwa semua dukungan itu bermuara pada performance kontingen di tengah pertarungan olahraga prestasi ini. Nama dan harga dri kabupaten menjadi taruhannya.

Selain hal terakhir ini, dibalik ramainya tempik sorak para pendukung yang secara tidak sadar mempertontonkan moralitas perang, tentu masih ada banyak hal lain yang bisa kita petik. Kompetisi ketangkasan seperti halnya moralitas perang yang dimiliki seekor Elang dalam menghadapi seekor Merpati ternyata masih menyiratkan dan menyisakan dimensi lain yang kaya makna Pertanyaan “mengapa (?)” justru menjadi titik-tolak untuk pencarian makna dalam proses refleksi tentang Pordafta.

Salah satu pertanyaan yang boleh diajukan di sini adalah mengapa justru kawanan Merpati yang dilepas pada seremoni pembukaan Pordafta kali ini dan bukannya Elang? Jawabannya, , karena Merpati menjadi sponsor tunggal dari seluruh event ini. Kawanan burung peliharaan itu dilepas untuk terbang menuju sebuah kompetisi terbuka dengan berbagai resiko. Terluka dan kalah atau kembali pulang sebagai pemenang, dan mendapat julukan The Winner. Baik yang terluka maupun the winner, merpati tak pernah kehilangan naluri berkomunitas. Mereka tetap terbang bersama dalam kawanan menuju lokasi yang tersedia cukup pangan dan air. Kawanan Merpati mengajarkan dictum Persaudaraan kepada para atlit, semua kontingan dan masyarakat Florata. Puluhan Spanduk Pordafta 2009 mencantumkan pesan tentang pentingnya menggalang persaudaraan dan solidaritas di persada nusa bunga Florata. Seperti ungkapan merpati tak pernah ingkar janji demikian pula rakyat dan para pemimpinnya. Pordafta hanyalah masa jeda diantara gerak langkah dalam menata negeri sembilan ini mejadi sebuah kawasan yang lebih makmur dan bermartabat sebagai wujud cita-cita dan perjuangan bersama.

Sebaliknya Elang tidak laku sebagai sarana penyemarak seremoni Pordafta karena jenis burung pemangsa ini tak punya naluri kesetiakawanan. Ia terlalu egois; mau berteman ketika libido seksualnya bangkit. Setelah itu ia kembali berjibaku di alam raya sambil mengibarkan spanduk yang bertuliskan prinsip-prinsip hukum rimba. Perlu dimaklumi bahwa lawan atau mangsa yang dicari hewan berparu ini pada umumnya makluk lemah seperti Merpati. Konon, dalam dunia margasatwa hanya Elang yang belum mempertanggung jawabkan keperkasaannya dihadapan sang Raja rimba raya.

Contoh lain adalah dua hal signifikan yang sejauh pengamatan saya belum tersentuh oleh pena para pemburu berita. Yang pertama, penurunan baliho raksasa yang memuat iklan rokok Surya di depan Gelora Samador dan yang kedua adalah pernyataan serta himbauan Gubernur Propinsi NTT Frans Lebu Raya tentang kewajiban para atlit Pordafta untuk membangun satu barisan generasi yang kuat guna melawan Narkoba.

Dalam kapasitasnya sebagai Wakil Bupati Sikka dengan latar belakang profesinya sebagai seorang dokter, Ketua Panitia Penyelenggara dr. Wera Damianus, M.M menginstruksikan pengusaha Gudang Garam Surya untuk segera menurunkan iklan rokok tersebut karena tidak sejalan dengan prinsip olahraga yang menjunjung tinggi kesehatan masyarakat dan insan olahraga. Rokok sebagai drakula yang mengancam ketangguhan para atlit tidak punya tempat dalam dunia olahragawan dan di sekitar arena olahraga. Event Pordafta kali ini memang bukan merupakan kesempatan emas bagi pengusaha rokok untuk meraup untung. Tapi produk kenikmatan satu ini terlihat masih punya tempat di saku celana sejumlah official dan pelatih. Di sela-sela pertandingan mereka mengepulkan asap rokok, juga dihadapan para atlit binaannya. Sesuatu yang tidak elok untuk dipertontonkan

Gubernur NTT Frans Lebu Raya dalam pidato pembukaan Pordafta menegaskan permintaannya kepada para atlit, official dan masyarakat khususnya generasi muda untuk senantiasa membangun kekuatan melawan narkoba (narkotika, psikotropika dan bahan adktif alinnya). Namun hingga hari terakhir penyelenggaraan Pordafta isu ini belum mendapat porsi dalam pemberitaan media masa. Bisa saja rekan-rekan wartawan mengacukan hal ini karena tak pernah ada tindakan eksploratif berupa test urine terhadap para atlit. Kalau saja pihak panitia penyelenggara melakukannya maka kegiatan dan hasil test itu akan mejadi berita besar bagi masyarakat Florata.

Tindakan dr. Wera Damianus dan pernyataan Gubernur NTT Frans Lebu Raya adalah hal yang amat berharga khususnya bagi kehidupan para atlit. Dua produk kenikmatan ini yakni rokok dan narkoba pada umumnya telah menjadi sebuah arus deras yang tengah diperangi oleh semua insan olahraga dengan membangun moralitas kesenangan. Secara sepintas istilah ini bisa mejerumuskan kita pada pengertian tentang keleluasaan badan untuk bersenang-senang. Sebaliknya, justru kaum humanis menggunakan istilah ini untuk menitik-beratkan orientasi mendisiplinkan badan. Moralitas kesenangan tidak sama dengan menahan nafsu melainkan mengarahkan nafsu secara positif agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Karena itu aktivitas olahraga menjadi pilihan sempurna untuk mengarahkan keinginan-keinginan destruktif. Olahraga menjadi kutub pembebas yang dapat menyelamatkan jiwa yang sedang dibayangi hasrat negatif. Aktivitas olahraga juga dapat lebih menyehatkan dan menjamin stabilitas daya tahan tubuh atau stamina yang merupakan prasyarat dalam kompetisi dan pertandingan olahraga. Jika seorang olahragawan mengkonsumsi narkoba termasuk rokok, maka ia sebetulnya telah mundur selangkah. Karena aliran darah yang telah terkontaminasi narkoba akan menyulitkan kerja otak dalam membangun konsentrasi yang sangat dibutuhkan demi suksesnya sebuah pertandingan. Dalam buku Making Sense, Julian Baggini, menyodorkan sebuah contoh yang cukup ekstrim tentang pemecatan seorang presenter program TV anak-anak yang memegang jam siaran terpanjang di Inggris. Presenter itu dipecat setelah mengaku sebagai pengguna kokain. Ia kemudian meminta maaf kepada pemirsa karena telah mengecewakan mereka.

Olahraga adalah aktivitas manusia yang amat penting dan mengandung nilai universal. Filsuf dan sastrawan Perancis Albert Camus memandang sport atau kegiatan olahraga sebagai sumber pembelajaran moralitas manusia. Demikian halnya dari event seperti penyelenggaraan Pordafta. Menurut pandangan Camus, kegiatan olahraga dapat menjadi suluh bagi masyarakat yang menghendaki sebuah kehidupan yang menghibur, sehat dan bermartabat serta bebas dari berbagai tekanan baik yang berkaitan dengan faktor ekonomi maupun konflik sosial dan politik.

Sebagai makluk sosial, masyarakat membutuhkan solidaritas dan ingin hidup bersaudara tanpa mengkhianati prinsip kompetisi dalam olahraga. Konflik sebagai candu peradaban solider menjadi salah satu mandat terbuka dari sebuah arena pertandingan untuk para pemimpin agar mereka selalu tampil sebagai tokoh yang sejuk dan berusaha sejauh mungkin mengikis kecenderungan-kecenderung yang mengarah kepada terjadinya konflik. Misalnya, menghindari orientasi kepentingan pribadi atau kelompok dalam suatu wadah, organisasi masyarakat atau organisasi sosial politik. Konflik juga bisa beranak-pinak dari beda pendapat atau persepsi yang mengakibatkan melemahnya asas perjuangan dan cita-cita bersama jika tidak segera dipertemukan dan didamaikan. Olahraga prestasi seperti yang dipertandingkan dalam Pordafta selama ini mengajarkan banyak keutamaan bagi kehidupan masyarakat seperti sportivitas, ulet dan disiplin serta bersedia mengakui keunggulan orang lain. Seorang wasit yang mempimpin pertandingan wajib menampilkan sikap cermat dan adil, mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat dengan tidak berpihak pada kubuh atau atlit tertentu. Persaudaraan masyarakat Florata yang digalang melalui pesta olahraga ini harus diberi roh atau spirit. Roh dan spirit itu tidak lain adalah nilai-nilai yang secara implisit ada dalam semua cabang olahraga.

Ajakan untuk membangun solidaritas dan persaudaraan antara sesama warga Florata adalah bagian dari tindakan mengubah negeri sembilan ini menjadi lebih maju dan bermartabat. Harapan tersebut tidak mustahil kalau serumpun nilai sebagaimana tersebut diatas telah menjadi landasan yang kokoh dalam seluruh aktivitas pembangunan yang sedang berjalan. (kanislewar/humassikka)

SOSIMUS : selamatkan bayi kita



Maumere_ Fasilitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Sikka boleh dikatakan sudah sangat memadai, namun masih banyak bayi yang meninggal akibat keterlambatan pelayanan dan sebab lainnya. Untuk itu, kita patut membangun kesadaran dan terus berupaya untuk menyelamatkan bayi kita.



Demikian ajakan ini disampaikan Bupati Sikka Drs. Sosimus Mitang, dalam sambutan tertulis yang dibacakan Sekertaris Daerah Kabupaten Sikka, Drs. Sabinus Nabu, ketika membuka Seminar Lokakarya Menyelamatkan Tunas Bangsa, di Aula Hotel Mai Wali Maumere, Selasa (13/10/2009).

Meningkatnya angka kematian bayi ini akibat empat terlalu, yakni terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak. Selain itu kematian bayi juga disebabkan karena tiga terlambat, yakni terlambat mengambil keputusan, terlambat untuk dikirim ke tempat pelayanan kesehatan dan terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan.

“ padahal di Kabupaten Sikka, fasilitas pelayanan kesehatan yang tersebar di seluruh wilayah boleh dikatakan sudah cukup memadai. Namun akibat empat terlalu dan tiga terlambat inilah, banyak bayi yang tidak terselamatkan “ jelas Sabinus.

Masalah kematian ibu dan bayi merupakan salah satu permasalahan yang kini mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Sehingga sumber daya manusia, terutama orang tua perlu ditingkatkan. Karena masih banyak ibu – ibu yang beranggapan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan sesuatu yang alami dan dianggap tidak perlu adanya pemeriksaan dan perawatan. Dan tanpa mereka sadari bahwa ibu hamil masuk dalam daftar kelompok dengan resiko kematian yang tinggi.

Menyikapi berbagai permasalahan yang menjadi penyebab kematian ibu dan bayi, perlu dibangun suatu strategi yang tepat untuk dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Salah satu strategi adalah dengan memantapkan dan mengimplementasikan secara baik program Desa Siaga.

Sementara itu Ketua Yayasan Melati – Jakarta , Ny . Dr. Gayati Suryaningsih,M.PH. menjelaskan tingginya angka kematian bayi lebih pada rendahnya perhatian dan pengawasan terhadap bayi. Untuk itu pihak – pihak yang berkompeten antara lain dokter, perawat, bidan dan LSM supaya meningkatkan pelayanan dan perhatian kesehatan terhadap ibu dan bayi, selain peningkatan perhatian oleh ibu dan bapak bayi juga adalah secara terus menerus perlu melakukan upaya penyadaran para ibu untuk memberikan perhatian serius pada anak.

“ kita hendaknya mencintai bayi – bayi yang ada disekitar kita, berikan kasih sayang dan perhatian kesehatannya serta jangan biarkan mereka meninggal. Karena dengan menyelamatkan bayi, berarti kita menyelematkan tunas – tunas bangsa “ jelas Suryaningsih.

Dilain pihak Koordinator Program AIPMNH Kabupaten Sikka, dr. Edward Hutabarat dalam sambutan singkatnya mengatakan masalah kematian bayi merupakan masalah kita semua. untuk mengatasi masalah ini, semua pihak dituntut supaya terus memberikan perhatian, memperluas wawasan dan tetap memperhatikan empat terlalu, yakni terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak. Selain itu kematian bayi juga disebabkan karena tiga terlambat, yakni terlambat mengambil keputusan, terlambat untuk dikirim ke tempat pelayanan kesehatan dan terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan.

Penyelenggaraan kegiatan Seminar Lokakarya Menyelamatkan Tunas Bangsa ini, merupakan kerjasama Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Sikka dengan Yayasan Melati dan AIPMNH Kabupaten Sikka.

Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kabupaten Sikka, Irma Tibuludji, S.IP dalam laporan panitia yang disampaikan Fitrinita Ladapase, mengatakan tujuan penyelenggaraan kegiatan ini untuk meningkatkan kesadaran mengenai masalah kesehatan neonatal, sehingga didapatkan kesepakatan tentang upaya pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat dalam mengasuh bayi baru lahir sebagai upaya berkesinambungan untuk kelangsungan hidup bayi baru lahir.

Kegiatan ini diikuti 50 orang peserta yang teridiri para dokter, perawat, dan bidan serta pihak lain yang mempunyai peran dalam menyelamatkan ibu dan bayi. Juga menghadirkan sejumlah nara sumber yang telah sekian lama bercimpung dalam dunia pelayanan kesehatan ibu dan bayi, antara lain Dr. Gayatri Suryaningsi, MPH. Plt. Drs. Ade Srilestari Yuwon, MA. dan Ny. Koesharti Dibiyo,S.H. serta Dra. Ade Iva Wicaksono,MSc.

Hadir pada kesempatan tersebut Sekertaris Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Rudolfus Ali, Sekertaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Sikka Muh. Daeng Bakir dan Dir. Puspas Keuskupan Maumere, Rm, Sirilus. (johnoriwis/humassikka)

RUAS JALAN KE NUABARI MEMPRIHATINKAN


Maumere_ Ruas jalan menuju Dusun Nua Bari yang ada di Desa Lanandereta Kecamatan Paga, kondisinya sangat memrihatinkan. Sehingga jumlah para wisatawan yang hendak melihat langsung peninggalam jaman megalitikum berupa Kubur Batu menurun drastis.



Seperti yang dialami Spirit NTT, Kamis (15/10/2009) lalu, jalan aspal yang ada sudah rusak berat. Tampak bagian tengah jalan sudah lubang dan pecah akibat erosi. Ditambah lagi, kondisi geografis menuju Nuabari yang berada diatas ketinggian kira – kira 5 KM diatas permukaan laut ini, membutuhkan nyali lebih dari para pengunjung.

Menurut penjaga / pemelihara kubur batu Nuabari, Yoseph Eman, sejak beberapa tahun terakhir jumlah wisatawan yang datang melihat Kubur Batu menurun dari biasanya. Saat ini dalam sebulan paling tidak hanya satu orang yang datang melihat dan menyaksikan kubur yang ada.

Jarak Nuabari dari Maumere, Ibu Kota Kabupaten Sikka kira – kira 58 km. untuk bisa sampai di Nuabari, ditepi ruas jalan negara Ende – Maumere tepatnya di Desa Wolowiro, terpampang sebuah papan bertulis Menuju Nuabari.

Nuabari terletak diatas sebuah batu cadas besar, diatasnya dibangun rumah dan kubur batu tersusun ditengah kampung, sementara sebagiannya berada di halaman rumah adat maupun rumah tinggal. Suasana Nuabari memang tentram, keramahan dan senyum warga desa sepertinya menjadikan para pengunjung menjadi lebih nyaman.

Tak hanya Nuabari, peninggalan jaman batu besar (megalitikum) ini pun terdapat di wilayah Kecamatan Tanawawo. Tepatnya di Dusun Sokowaga Desa Detu Binga. Sama seperti menuju Nuabari, ruas jalan menuju Sokowaga ini pun sangat memrihatinkan.

Menurut cerita dari seorang Laki Tana dari Detu Binga, Yeremias Malu, proses pembuatan kubur batu ini membutuhkan waktu yang sangat lama dan memakan biaya yang tidak sedikit. Awalnya batu yang hendak dijadikan kubur dicari ditengah hutan dan supaya bisa meringankan beban dan mempermudah kerja para tukang supaya menghasilkan kubur yang baik tentunya dibutuhkan hewan kurban.

“ biasanya yang dikubur dalam kubur batu adalah para mosa laki, laki tana atau orang yang menduduki jabatan penting dalam pemerintahan adat “ jelas Malu.

Kubur batu ini ada dua model, satu berbentuk lebih besar dan merupakan tempat untuk menguburkan orang dalam keadaan utuh. Sementara jenis lainnya lebih kecil, dan hanya menjadi tempat dikuburkannya tulang – tulang leluhur.

Biasanya kubur batu terdiri dari dua bagian, yakni bagian bawah merupakan tempat menyimpan jenasah atau tulang, sementara bagian atas merupakan penutup yang berasal dari batu ceper yang dibentuk lebih besar beberapa inchi dari bagian bawahnya.

Pada bagian bawah dicari batu besar dan dipahat membentuk kubus menyerupai kotak. Yang meninggal biasanya dimakamkan dalam kubur batu dalam posisi duduk. Selanjutnya untuk merekatkan dua bagian ini digunakan campuran abu dapur dan air. Nuabari dan Sokowaga tentunya berharap agar lokasi kubur batu ini terus dipromosikan sembari terus melakukan perbaikan dan pembenahan fasilitas ke sana. (johnoriwis/humassikka)

ROMBONGAN TURIS AKAN KUNJUNGI LELA



Maumere_ Lebih dari seratus turis manca Negara asal Australia dan New Zaeland akan mengunjungi Kecamatan Lela guna melihat langsung peninggalan Portugis dan Kesenian lain yang ada di wilayah tersebut. Para wisatawan mancanegara ini akan mengunjungi Lela bulan Januari 2010 mendatang.



Demikian hal ini disampaikan Camat Lela Richardus Piterson, saat ditemui di Kantor Camat Lela, Senin (19/10/2009).

Dikatakan Piterson, informasi tentang kedatangan para turis mancanegara ini diperolehnya secara langsung dari utusan salah satu pengelolah travel. Sebelumnya hal yang sama pernah terjadi beberapa waktu lalu.

Menjelang kedatangan para wisatawan asal Australia dan New Zaeland serta para turis dari negara lainnya, pihak Pemerintah Kecamatan Lela telah melakukan koordinasi dengan para tokoh adat, pengelolah kerajinan tangan, sanggar, penjaga dan pengelola regalia yang ada di Kecamatan Lela untuk melakukan persiapan.

“saat ini para pemilik indutri ketrampilan tangan sedang membuat souvenir dengan gaya dan model khas asal wilayah Kecamatan Lela, souvenir – souvenir ini akan dijual kepada para pengunjung asing sebagai cindera mata kalau meraka pernah menyinggahi Sikka dan wilayah lain yang ada di Kecamatan Lela” jelas Piterson.

Seperti yang disaksikan Spirit NTT, sebagian hasil kerajinan tangan kelompok kerajinan yang ada di Kecamatan Lela, dipajang / dipamerkan di Ruang Lobi Kantor Camat Lela.

Souvenir dan karya seni dari para pengerajin yang dipajang antara lain gelang, kain tenun, anyaman, dan beberapa model kerajinan tangan lainnya. Dikatakan Piterson, karya seni yang dibajang tersebut merupakan hasil dari karya kelompok seni yang ada disembilan desa yang ada di Kecamatan Lela.

Selain itu sejumlah sanggar seni seperti Jiro Jaro juga sedang mempersiapkan berbagai atraksi menari untuk dipertunjukan kepada para wisatawan. Sedangkan Bengkel Seni “Lalan Krus” juga terus memproduksi souvenir dengan menampilkan kesenian setempat sebagai ciri dan seni dari Kecamatan Lela. Demikian hal yang sama juga dilakukan kelompok seni Mutiara Senja.

Menurut rencana, para wisatawan akan tiba di Lela pada 10 Januari 2010 menggunakan sebuah kapal pesiar, dan akan berlabuh di Pelabuhan Sikka. Selanjutnya para wisatawan akan mengunjungi sejumlah obyek wisata yang ada, seperti Gereja Tua Sikka, Arca Meninu dan Sinhor, Wisung Fatima Lela, Regalia Kerajaan Sikka dan Gereja Lela, serta sejumlah obyek wisata yang ada di Lela.

Selanjutnya rombongan wisatawan akan melanjutkan perjalanan ke barat, menuju Labuan Bajo. (johnoriwis/humassikka)

Sabtu, 03 Oktober 2009

SIKKA JUARA UMUM PORDAFTA 2009





Tuan Rumah Pekan Olahraga Daratan Flores dan Lembata (Pordafta) akhirnya sukses meraih juara umum pada Pordafta III 2009 yang dibuka tanggal 26 September dan ditutup 02 Oktober 2009, Kabupaten Sikka berhasil mengumpulkan 165 medali, yang terdiri dari 54 medali emas, 42 perak dan 69 medali perunggu.
Juara umum yang diraih Kabupaten Sikka merupakan juara umum kedua setelah dilakukan tiga kali penyelenggaraan Pordafta. Sebelumnya Kabupaten Sikka pernah meraih juara umum pada Pordafta pertama di Flores Timur. Sedangkan Pordafta kedua di Ruteng, juara umum diraih Manggarai.
Ende berada diurutan kedua perolehan medali, dengan mengunpulkan 34 emas, 36 perak dan 57 perunggu (total 127 medali). Sedangkan diurutan ketiga ditempati Kabupaten Manggarai dengan total medali 94; emas 22, perak 32 dan perunggu 40.
Untuk diketahui bahwa, Pordafta Sikka 2009 secara resmi di buka Gubernur Nusa Tenggara Timur, Drs. Frans Lebu Raya, di Gelangan Olahraga Samador da Cunha pada Sabtu (26/09/2009) dan ditutup Bupati Sikka Drs. Sosimus Mitang, (02/10/2009).
Ikut serta dalam kegiatan Pordafta tersebut, sembilan kabupaten yang ada di daratan Flores dan Lembata, Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Ende, Sikka, Flores Timur dan Lembata. Pordafta di Sikka ini mempertandingkan12 cabang olahraga, yakni kempo, karate, takraw, tinju, bulu tangkis, tenis lantai, tenis meja, tae kwon do, silat, bola volley, bola kaki dan atletik.
Pelaksanaan Pordafta 2009 telah terlaksana dengan baik, penuh sportivitas, adil dan penuh persaudaraan. Hal ini sesuai dengan harapan Gubernur Nusa Tenggara Timur saat membuka pelaksanaan Pordafta 2009, Sabtu (26/09/2009) lalu. Dalam sambutannya Lebu Raya, berharap agar pelaksanaan Pordafta dapat berlangsung dengan baik, penuh sportivitas dan persaudaraan, adil dan bijaksana guna melahirkan atlet – atlet dari daratan Flores dan Lembata yang berprestasi baik.
Sementara Bupati Sikka Drs. Sosimus Mitang ketika menutup Pordafta 2009, Jum ad (02/10/2009), mengatakan pelaksanaan Pordafta tentunya sudah membentuk, mempersipakan serta mematangkan jiwa dan kepribadian atlet yang ada di daratan Flores dan Lembata untuk berlaga di event olahraga lainnya, baik di tingkat propinsi, pusat maupun dilaga olahraga internasional.
“ pelaksanaan Pordafta telah berlangsung dengan baik, penuh sportivitas dan persaudaraan. Melalui Pordafta, kita telah membentuk, mempersiapkan dan memberi pengalaman berarti guna mempersiapkan diri untuk laga event olahraga lain, baik di tingkat propinsi, pusat maupun di even olahraga tingkat internasional “ demikian Mitang.
Pada kesempatan Penutupan Pordafta 2009, juga diumumkan bahwa Pekan Olahraga Daratan Flores dan Lembata ke empat akan berlangsung di Kabupaten Ende.
Acara penutupan Pordafta 2009, meriahkan Drum Band SMA Katholik Frateran Maumere dan dihadiri Wakil Bupati Sikka dr. Wera Damianus,M.M,Uskpu Maumere, ADPRD Sikka serta jajaran Muspida dari sembilan kabupaten yang mengikuti pordafta serta undangan dan masyarakat Kabupaten Sikka dan sekitarnya. (johnoriwis)

PEROLEHAN MEDALI PORDAFTA 2009

KABUPATEN EMAS PERAK PERUNGGU TOTAL
Sikka 54 42 69 165
Ende 34 36 57 127

Manggarai 22 32 40 94
Ngada 22 15 28 65
Manggarai Barat 22 14 20 56
Flores Timur 20 23 33 76
Nagekeo 11 12 29 52
Manggarai Timur 6 9 11 26
Lembata 4 16 30 50
* sumber koni sikka